Kondisi negara di dunia semakin terombang ambing karena menjadi imbas dari geopolitik internasional.
Seperti diketahui bersama bahwa saat ini banyak terjadi peperangan di beberapa wilayah dunia.
Tidak hanya di wilayah Asia saja tetapi Timur Tengah dan Eropa juga mengalami yang yang sama dan sangat merugikan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi terjadi di bulan Mei 2024 terhadap April sebesar 0,03 persen.
Hal ini merupakan deflasi pertama kalinya sejak terakhir terjadi di Agustus 2023 lalu.
“Atau terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 106,40 di April 2024 menjadi 106,37 pada Mei 2024.
Deflasi bulan Mei ini merupakan deflasi pertama setelah terakhir kali terjadi di Agustus 2023,”
Hal itu diucapkan Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam rilis resminya, Senin (3/6/2024).
Amalia mengatakan, makanan, minuman, dan tembakau menjadi kelompok pengeluaran penyumbang deflasi terbesar, yakni 0,29 persen.
Seperti diketahui bahwa kelompok pengeluaran ini menyumbang andil inflasi sebesar 0,08 persen.
Adapun, menurutnya, komoditas penyumbang utama deflasi seperti beras, daging ayam ras, ikan segar, tomat dan cabe rawit.
“Beras andil sebesar 0,15 persen, daging ayam ras dan ikan segar dengan andil deflasi masing-masing 0,3 persen,” katanya.
“Serta tomat dan cabe rawit. Masing-masing andil inflasi sebesar 0,02 persen.”Selain itu, Amalia menyebutkan, tarif angkutan antar kota turut menyumbang deflasi sebesar 0,03 persen.
Beberapa diantaranya Meliputi tarif angkutan udara dan tarif angkutan kereta api dan semua jasa transportasi didalamnya.
Kemudian “Untuk udara andil deflasi 0,02 persen. Serta kereta api andil deflasi 0,01 persen,” katanya.
Sedangkan emas dan bawang merah serta termasuk cabai merah dengan masing-masing andil inflasi 0,05 persen.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) deflasi merupakan penambahan nilai mata uang, antara lain dengan pengurangan jumlah uang kertas yang beredar dengan tujuan mengembalikan daya beli yang yang nilainya turun.