Internet menjadi wahana yang tidak bisa ditinggalkan oleh semua masyarakat di era digital seperti sekarang.
Karena hampir semua sektor kehidupan menggunakan layanan yang berbasis data dan telekomunikasi satelit.
Jumlah pengguna internet di Indonesia termasuk yang terbesar di dunia. Namun daya saing digital Indonesia masih tergolong rendah.
“Di tahun 2022 daya saing digital Indonesia berada di peringkat ke-51 dari 64 negara.
Bahkan terendah ketiga di Asia,” kata Pelaksana Harian Deputi IV Kemenko Perekonomian bidang ekonomi digital, ketenagakerjaan dan UMKM, Musdhalifah Machmud, dalam media briefing di kantor Kemenko Perekonomian, Rabu (12/6/2024).
Namun di tahun 2023, daya saing digital Indonesia naik ke peringkat 45 dari 64 negara. Untuk kawasan Asia tenggara.
Hingga saat ini daya saing digital Indonesia masih di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand.
Data tersebut dirilis International Institute for Management Development yang berbasis di Swiss.
Penilaian tingkat daya saing digital, dilihat dari pengetahuan, teknologi dan kesiapan masa depan.
Menurut Musdhalifah, masih rendahnya daya saing digital Indonesia disebabkan oleh sejumlah faktor.
Utamanya, layanan internet di Indonesia yang masih lebih banyak digunakan untuk kegiatan yang tidak produktif.
“Jadi ini warning bagi kita semua, para pemangku kepentingan dan juga masyarakat.
Bahwa kita sudah memanfaatkan internet tapi kualitas penggunaannya perlu ditingkatkan, untuk kegiatan yang produktif,” ucapnya.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Februari 2024, merilis jumlah pengguna internet di Indonesia.
Yaitu sebanyak 221,57 juta orang dari sekitar 278,70 juta jumlah penduduk Indonesia berdasarkan data tahun 2023.
Dengan demikian tingkat penetrasi internet di Indonesia hingga Februari 2024, sekitar 79,5 persen.
Musdhalifah mengatakan, pemerintah akan terus meningkatkan jangkauan internet dengan memperkuat infrastrukturnya.
Apalagi saat ini Indonesia sedang menggalakkan ekonomi digital bagi semua wilayah hingga pedalaman.
Dimana Indonesia berharap di tahun 2030 nanti, pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 20-22 persennya berasal dari ekonomi digital.